Manusia dan Kebudayaan
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia dalam hidup kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah
pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan,
sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau
melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tak mungkin tidak berurusan
dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan,
bahkan kadangkala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan.
Hubungan yang erat antara manusia (terutama masyarakat) dan kebudayaan lebih jauh telah
diungkapkan oleh Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski, yang mengemukakan
bahwa cultural determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat
ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. (Selo Soemardjan,1964:
115). Kemudian Herkovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang superorganic, karena
kebudayaan yang berturun-temurun dari generasi ke generasi tetap hidup. Walaupun manusia
yang menjadi anggota masyarakatnya sudah berganti karena kelahiran dan kematian.
Lebih jauh dapat dilihat dari defenisi yang dikemukakan oleh E.B. Tylor (1971) dalam bukunya
Primitive culture: kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaankebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan lain perkataan,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai
anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola
perilaku yang normative. Oleh karena itu manusia yang mempelajari kebudayaan dari
masyarakat, bisa membangun kebudayaan (konstruktif) dan bisa juga merusaknya (destruktif).
A.Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan berasal dari kata budaya, sedangkan budaya adalah bentuk jamak dari kata budidaya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sansekerta
buddayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris,
kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur,
dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera.
Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas
manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli :
1) E.B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang lain
serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2) R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari
dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsure pembentuknya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3) Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
milik diri manusia dengan belajar.
4) Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dalam defenisi yang dikemukan oleh Selo sumarjan dan Soelaeman Soemardi ini, dapatlah
disimpulkan bahwa kebudayaan itu merupakan hasil dari usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani agar hasilnya dapat digunakan untuk keperluan masyarakat,
misalnya :
a) karya (kebudayaan material) yaitu kemampuan manusia untuk menghasilkan benda atau
lainnya yang berwujud benda
b) Rasa, didalamnya termasuk agama, ideology, kebatinan, kesenian, dan semua unsure
ekspresi jiwa manusia yang mewujudkan nilai-nilai social dan norma-norma social.
c) Cipta merupakan kemampuan mental dan berpikir yang menghasilkan ilmu pengetahuan.
5) Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia
baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti
ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori
yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju
tahapan yang lebih kompleks.
B. Perwujudan Kebudayaan
Beberapa ilmuwan seperti Talcott Parson (Sosiolog) dan Al Kroeber (Antropolog)
menganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu sistem. Di
mana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia
yang berpola. Demikian pula J.J. Hogmann dalam bukunya The World of Man (1959) membagi
budaya dalam tiga wujud, yaitu : ideas, activities, and artifact. Sejalan dengan pikiran para ahli
tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan
dalam tiga wujud, yaitu :
1) Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan
peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba,
dipegang, ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan, hal
ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan
memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai
sopan santun. Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak
disimpan dalam arsip, tape recorder, komputer.
Kesimpulannya, budaya ideal ini adalah merupakan perwujudan dan kebudayaan yang bersifat
abstrak.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena rnenyangkut tindakan dan kelakuan berpola
dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam
sistem sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak dalam bentuk perilaku
dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Kesimpulannya, sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret,
dalam bentuk perilaku dan bahasa.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir
seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-- benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat dan difoto yang berujud besar ataupun kecil.
Contohnya : candi Borobudur (besar), baju, dan jarum jahit (kecil), teknik bangunan Misalnya
cara pembuatan tembok dengan pondasi rumah yang berbeda bergantung pada kondisi.
Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat
konkret, dalam bentuk materi/artefak.
A. Sistem Budaya
Kata system berasal dari bahasa Yunani, yaitu systeme yang berartii seperangkat elemenelemen (bagian-bagian) yang bekerjasama secara teratur.
Konsep system dapat ditujukan kepada : organisasi, kumpulan, himpunan, organ tubuh dan
seterusnya. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu system, yaitu system social
budaya karena didalam masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang melalku kegiatan,
kebiasaan, tata cara sehingga terbentuk kesatuan. Dengan demikian system social budaya
adalah unsure-unsur social budaya yang saling berkaitan dengan yang lain secara teratur,
sehingga tercipta tata kelakuan yang serasi bagi masyarakatnya.
Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari
pikiran-pikiran, gagasan, konsep, serta keyakinan dengan demikian sistem kebudayaan
merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih lazim disebut sebagai
adat istiadat. Dalam adat istiadat terdapat juga sistem norma dan di situlah salah satu fungsi
sistem budaya adalah menata serta menetapkan tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia.
Sistem kebudayaan suatu daerah akan menghasilkan jenis-jenis kebudayaan yang berbeda.
Jenis kebudayaan ini dapat dikelompokan kedalam 2 yaitu:
− Kebudayaan material. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa, yang berwujud
benda, barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah dan sebagainya.
− Kebudayaan non-material. Merupakan hasil cipta, karsa, yang benwujud kebiasaan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Non-material antara lain adalah :
(1) Cara (usage). Proses interaksi yang terus menerus akan melahirkan pola-pola tertentu yang
disebut cara (usage). Norma yang disebut cara hanya mempunyai kekuatan yang lemah
dibanding norma yang lain. Pelanggaran terhadap norma ini hanya disebut tidak sopan,
misalnya makan sambil berdiri, berdecak, bersendawa, dan sebagainya.
(2) Volkways (norma kelaziman/kebiasaan). Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang
dalam bentuk sama, merupakan cermin bahwa orang tersebut menyukai perbuatannya.
Contohnya bertutur sopan santun, memberi salam, menghormati orang tua. Pelanggaran
terhadap norma ini akan dianggap sebagai penyimpangan terhadap kebiasaan masyarakat.
Sanksi terhadap pelanggaran ini berupa teguran, sindiran, dipergunjingkan dan sebagainya
yang sifatnya sangsi masyarakat, yang mungkin dianggap ringan.
(3) Mores (Norma tata kelakuan / norma kesusilaan). Mores adalah aturan yang berlandaskan
pada apa yang baik dan seharusnya menurut ajaran agama, filsafat atau nilai kebudayaan.
Pelanggaran terhadap usege, folkways hanya akan dianggap aneh atau tidak sopan, tetapi
pelanggaran terhadapan mores akan disebut jahat. Contoh terhadap mores adalah berzinah.
Sanksinya berat, dirajam atau diusir dari kampung halamannya. Karena sanksinya yang
berat mores disebut norma berat.
Fungsi norma tata kelakuan di masyarakat :
b. Memberikan batas-batas pada kelakuan individu (berupa perintah dan larangan)
c. Mengidentifikasikan individu dengan kelompoknya (memaksa individu untuk
menyesuaikan perikelakuannya dengan norma yang berlaku)
d. Menjaga solidaritas antaranggota masyarakat (menjaga keutuhan dan kerjasama
antaranggota masyarakat).
(4) Norma adat istiadat (custom).
Tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat dapat
mengikat menjadi adat istiadat (costum). Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat
dapat memperoleh sanksi yang berat, misalnya dikucilkan dari masyarakat. Misal, bercerai
adalah suatu aib besar bagi masyarakat Lampung. Dalam masyarakat sunda perempuan apabila
tidak dilamar dianggap aib, sebaliknya dalam masyarakat Minang perempuanlah yang melamar
laki-laki, dan sebangainya.
(5) Norma hukum (Laws).
Adalah suatu norma yang lebih tepat disebut sebagai hukum yang tertulis, meskipun tidak
selalu demikian. Laws adalah suatu rangkaian aturan yang ditujukan kepada anggota
masyarakat yang berisi ketentuan-ketentuan, perintah, kewajiban dan larangan agar dalam
masyarakat tercipta suatu ketertiban dan keadilan. Aturan ini lazimnya tertulis yang
dikodifikasikan dalam bentuk berbagai macam kitab undangundang, atau tidak tertulis berupa
keputusan-keputusan hukum pengadilan adat. Karena sebagian besar norma hukum adalah
tertulis maka sanksinya adalah yang paling tegas bila dibandingkan dengan norma lain.
(6) Mode (fashion).
Mode atau fashion adalah cara dan gaya melakukan dan membuat sesuatu, yang sering
berubah-ubah, serta diikuti orang banyak. Hal terakhir ini merupakan ciri khas dari mode, yakni
sifatnya yang massal. Mode atau fashion tidak hanya tampak pada cara orang memotong dan
menggunakan pakaian, cara mengatur rambut dan sebagainya, tetapi juga dalam hal mengejar
sesuatu yang baru di bidang lain. Dari mode akan lahir sesuatu yang baru yang bersifat inovatif,
misalnya tarian tradisonal Jawa dielaborasi dengan kesenian Melayu atau Bali akan lahir tarian
kontemporer-moderen, tetapi dari mode juga akan melahirkan sesuatu yang dianggap aneh oleh
masyarakat misalnya rambut dengan gaya funky, dengan dicat berwarna-warni, yang mungkin
nantinya akan dianggap biasa.
Dalam sistem budaya ini terbentuk unsur-unsur yang paling berkaitan satu dengan lainnya.
Sehingga tercipta tata kelakuan manusia yang terwujud dalam unsur kebudayaan sebagai satu
kesatuan. Berikut akan dijelaskan tentang unsureunsur kebudayaan tersebut.
B. Unsur-unsur Kebudayaan
Adanya perbedaan wujud kebudayaan antara satu budaya dengan budaya lain , disebabkan
karena dalam masyarakat terdiri atas berbagai unsure, baik yang besar maupun yang kecil yang
membentuk satu kesatuan. Ada banyak pendapat tentang unsure-unsur yang membentuk suatu
kebudayaan.
1. Melville J. Herskovits, unsure-unsur kebudayaan terdiri atas sebagai berikut :
a. alat-alat teknologi
b. system ekonomi;
c. keluarga;
d. kekuasaan politik
2. Bronislaw Malinowski, menyebutkan unsure-unsur kebudayaan, sebagai berikut :
a. system norma-norma yang memungkinkan kerjasama antar anggota masyarakat agar
menguasai alam sekelilingnya;
b. organisasi ekonomi;
c. alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan, perlu diingat
bahwa keluarga adalah lembiga pendidikan yang utama;
d. organisasi kekuatan.
3. C. Kluckhohn, berpendapat bahwa terdapat tujuh unsure kebudayaan yang bersifat
universal (cultural universal), artinya ketujuh unsure ini dapat ditemukan pada semua
kebudayaan bangsa di dunia, yaitu:
a. system religi
b. system pengetahuan
c. system matapencaharian hidup
d. system peralatan hidup atau teknologi
e. organisasi kemasyarakatan
f. bahasa
g. kesenian
Tiap-tiap unsur kebudayaan itu dapat diperinci menjadi unsur-unsurnya yang lebih kecil hingga
beberapa kali. Dengan metode Raplh Linton pemerincian dapat dilakukan hingga empat kali.
Karena serupa dengan kebudayaan dalam keseluruhan, setiap unsur kebudayaan universal itu
juga mempunyai tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, wujud sistem sosial, dan wujud kebudayaan fisik sehingga pemerincian dari ketujuh unsur tersebut masing-masing harus juga
dilakukan mengenai ketiga wujud tersebut.
C. Substansi (Isi) Utama Budaya
Substansi (isi) utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan
manusia yang bermunculan di dalam masyarakat yang memberi jiwa kepada masyarakat itu
sendiri, baik dalam bentuk atau berupa sistem pengetahuan, nilai, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
SIFAT KEBUDAYAAN
A. Sifat-Sifat Budaya
Kendati kebudayaan yang dimiliki oleh setiap masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia
yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda, tetapi setiap kebudayaan
mempunyai ciri atau sifat yang sama. Sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan
bersifat universal. Di mana sifat-sifat budayaitu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua
kebudayaan manusia tanpa membedakan faktor ras, lingkungan alam, atau pendidikan. Yaitu
sifat hakiki yang berlaku umum bagi semua budaya dimanapun juga. Sifat hakiki dari
kebudayaan tersebut antara lain:
1) Budaya terwujud dan tersalurkan dari perilaku manusia.
2) Budaya telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan
mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3) Budaya diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya.
4. Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan
yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang
diijinkan.
Sifat hakiki tersebut menjadi ciri setiap budaya. Akan tetapi, apabila seseorang atau
sekelompok orang akan memahami sifat hakiki yang esensial, terlebih dahulu ia harus
memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada didalamnya.
B. Budaya dimiliki Bersama oleh suatu kelompok
Sebagaimana telah dijelaskan, masyarakat sebagai wadah dan budaya sebagai isi merupakan
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan dua komponen yang bersatu. Setiap
masyarakat memiliki budaya dan setiap budaya pasti ada masyarakat yang memilikinya.
Masing-masing masyarakat seringkali memiliki budaya yang bersifat khas, yaitu hanya dimiliki
oleh masyarakat tersebut, misalnya dalam bidang seni, angklung dan seruling sebagai ciri khas
budaya sunda, tari Saman sebaagai khas tarian Aceh, tari Barong cirri khas tarian Bali, dan
sebagainya.
Ciri khas perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan latar belakang masyarakat yang
bersangkutan. Faktor-faktor penyebab perbedaan itu antara lain :
1) Faktor Alam. Faktor alam atau lingkungan geografis ialah factor letak tata bumi, iklim, dan
factor alam lainnya. Faktor alam ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan budaya. Misalnya musik angklung, calung dan suling pertama kali berasal
dari Jawa Barat karena alam Jawa Barat menyediakan banyak bamboo, sehingga dari
bambu terinspirasi menjadi alat musik. Orang yang hidup di daerah dingin kecendrungan
akan membuat dan mengenakan baju yang tebal, kain wool berasal dari Australia karena
disana ditemukan banyak domba, dan sebagainya. Dengan demikian alam dapat
mempengaruhi budaya suatu masyarakat.
2) Faktor Kebiasaan. Kebiasaan yang ada di suatu masyarakat berbeda satu dengan yang
lainnya, kadangkala apa yang boleh dalam masyarakat tertentu dilarang oleh masyarakat
lain. Misalnya di Jepang mengeluarkan bunyi desis dari mulut dianggap sebagai tanda penghargaan terhadap orang yang mempunyai derajat social yang lebih tinggi, sebaliknya
di Inggris mengeluarkan bunyi desis dari mulut dianggap penghinaan.
3) Faktor Kedaerahan. Faktor kedaerahan melahirkan budaya-budaya khusus (sub kultur) pada
masyarakat yang tinggal di daerah berlainan satu sama lain. Misalnya kebiasaan yang
berlaku pada masyarakat sunda akan berbeda dengan kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat Minahasa, Padang, dan sebagainya.
4) Pelapisan Sosial. Pelapisan social atau strata social dapat mempengaruhi perbedaan
kebudayaan golongan masyarakat, misalnya dulu golongan ningrat akan berbeda dalam
bertutr kata, berpakaian dengan golongan rakyat biasa, masa sekarang juga antara kelas
menengah ke atas akan berbeda cara bersikap, bergaul, berpakaian dengan orang
kebanyakan.
C. Kecenderungan Bertahan dan berubahnya Kebudayaan
Kebudayaan akan terus hidup manakala masyarakat mau mempertahankannya, sebaliknya
kebudayaan akan musnah jika masyarakat tidak lagi menggunakannya. Dalam mempelajari
kebudayaan selalu harus diperhatikan hubungan antara unsur-unsur yang mempengaruhi
budaya itu cenderung bertahan atau berubah dan situasi serta kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang bersangkutan.
Unsur-unsur penyebab kecendrungan bertahannya suatu budaya antara lain:
1) Unsur Idiologi. Ideologi merupakan kumpulan gagasan, dasar, serta tatanan yang baik
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Idiologi adalah jiwa dan kepribadian bangsa
yang menyebabkan suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain. Idiologi digunakan sebagai
pedoman hidup suatu bangsa. Dengan demikian unsur idiologi ini kecendrungan tetap
bertahan karena sudah diyakini kebenarannya oleh suatu masyrakat atau bangsa.
2) Unsur Kepercayaan / Religi. Semua aktivitas manusia yang berhubungan dengan
kepercayaan / religi didasarkan pada suatu keyakinan akan kebenaran (keimanan). Oleh
karena itu unsure kepercayaan atau religi ini cenderung tetap bertahan karena menyangkut
keyakinan, kepatuhan atau keimanan yang diyakini.
3) Unsur Seni. Seni adalah sesuatu yang bersifat indah, seni melahirkan cinta kasih, kasih
sayang, kemesraan, pemujaan, baik terhadap Tuhan, maupun terhadap sesama manusia.
Pengungkapan rasa seni dapat melalui musik, tari, lukis, sastra, dan sebagainya, sebagai
hasil cipta, karsa, manusia yang cenderung bertahan dari masa ke masa.
4) Unsur Bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi, penghubung suatu maksud antar
manusia, dari bahasa kita dapat mengungkapkan apa yang kita inginkan.Bahasa
kecendrungan tetap berubah dari masa ke masa, meskipun kosa katanya semakin
berkembang, tanpa bahasa manusia tidak dapat berhubungan satu sama lain.
Sedangkan, unsur-unsur kecendrungan perubahan budaya dikarenakan antara lain:
1) Unsur mata pencaharian. Mata pencaharian dengan system tradisional cenderung berubah
menjadi suatu system yang lebih maju. Perubahan mencakup system produksi, distribusi,
konsumsi. Perubahan tersebut disebabkan :
(a) rasa tidak puas terhadap keadaan dan situasi yang ada;
(b) sadar akan adanya kekurangan-kekuarangan;
(c) usaha-usaha menyesuaikan diri dengan perubahan jaman
(d) meningkatnya kebutuhan
(e) adanya keinginan untuk neningkatkan taraf hidup
(f) sikap terbuka terhadap hal-hal baru (inovatif)
2) Unsur sistem teknologi. Manusia tidak dapat menutup diri dari kemajuan teknologi karena
teknologi sendiri bermaksud memudahkan manusia. Keajuan teknologi berkembang seiring
dengan meningkatnya pengetahuan manusia. Perkembangan teknologi dapat dilihat dari
periodisasi zaman, yaitu zaman batu, zaman perunggu, zaman besi, dan kini disebut zaman
moderen. Dengan demikian teknologi kecendrungan berubah seiring perkembangan akal dan
pengetahuan manusia.
3) Unsur Pengetahuan. Sistem pengetahuan manusia mengalami perubahan menjadi ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan mendalami segi
kehidupan . Oleh karena itu ilmu pengetahuan terus berkembang sesuai dengan perkembangan
dan tingkat keingintahuan manusia. Misalnya ilmupengetahun dulu menyebutkan Plato adalah
sebuah planet, namun kini terbukti bahwa plato bukanlah sebuah planet.
D. Budaya dan pemenuhan kebutuhan hidup manusia
Budaya berfungsi membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup
manusia terdiri atas kebutuhan biologis, kebutuhan social, dan kebutuhan psikologis. Manusia
mempunyai berbagai kebutuhan agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Selain itu, kebutuhan manusia muncul sebagai upaya manusia untuk memanfaatkan lingkungan.
Kebutuhan manusia akan berbeda sesuai dengan tempat, waktu, situasi dan kondisi. Kebutuhan
di desa aakan berbeda dengan kebutuhan di kota, kebutuhan pada waktu musim hujan akan
berbeda dengan kebutuhan pada waktu musim kemarau, dan sebagainya.
1. Kebutuhan Biologis
Kebutuhan biologis mutlak harus dipenuhi manusia, artinya jika kebutuhan biologis ini tidak
terpenuhi maka organ tubuh manusia akan terganggu, bahkan bias meninggal dunia. Kebutuhan
biologis mencakup :
a. makan dan minum
b. istirahat
c. buang air besar dan kecil
d. perlindungan dari iklim dan cuaca
e. pelepasan dorongan seksual
f. kesehatan yang baik
2. Kebutuhan Sosial
Untuk memudahkan tercapainya kebutuhan biologis, manusia memerlukan kebutuhan sosial.
Kebutuhan sosial antara lain :
a. Kegiatan bersama. Dalam kehidupan di masyarakat, manusia tidak bisa hidup sendiri, karena
pasti membutuhkan manusia yang lain. Oleh sebab itu manusia menciptkan kegiatan bersama
untuk memeuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sejak dulu
manusia tidak bias hidup sendiri, karenanya manusia disebut makhluk social.
b. Berkomunikasi dengan sesama. Komunikasi antar manusia dapat dilakukan baik dengan
bahasa lisan, tulisan, maupun isyarat. Tanpa kemampuan komunikasi dengan sesama, manusia
akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, proses
berkomunikasi telah dilakukan pada anak-anak sejak usia balita demi pertumbuhan fisik dan
mentalnya.
c. Keteraturan social dan kontrol social. Keteraturan social dan kontrol social sangat dibutuhkan
manusia sebagai warga masyarakat. Keteraturan social akan menciptakan suatu masyarakat
yang tertib, aman, dan tenteram. Keteraturan ini akan tercapai apabila semua anggota
masyarakat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada.
Untuk menjaga keteraturan social diupayakan adanya kontrol social. Kontrol social dapat
dilakukan antar manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
d. Pendidikan. Agar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terlaksana, pendidikan sangat
dibutuhkan. Pendidikan dapat membuka mata dan hati serta wawasan menuju kearah kehidupan
yang lebih baik.
3. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis meliputi hal-hal berikut :
a. Rileks atau santai. Rileks atau santai adalah pengendoran ketegangan, merupakan
kebutuhan psikologis untuk menghilangkan kejenuhan dan berfungsi sebagai penyegar
(refreshing) kehidupan manusia. Manusia dalam melakukan aktivitasnya sering mengalami
kelelahan dan kejenuhan, oleh karena itu manusia perlu bersantai agar semangatnya timbul
kembali, misalnya menikmati pemandangan alam, menikmati musik, dan sebagainya.
b. Kasih saying. Kasih saying, cinta dan kemesraan selalu dibutuhkan manusia sebagai
mahluk social. Manusia inin disayangi dan ingin menyayangi. Wujud kasih saying ini dapat
melahirkan kreativitas manusia, manusia punya semangat hidup karena cinta dan kasih
saying. Karena itu kasih saying, cinta dan kemesraan adalah kebutuhan psikologis manusia.
c. Kepuasan altruistic. Kepuasan altruistic adalah suatu kepuasan manusia untuk berbuat baik
atau berbakti kepada orang lain, kepada suatu ide, atau suatu citacita.
d. Kehormatan. Ukuran kehormatan terlepas dari ukuran kekayaan atau kekuasaan, namun
demikian dari kekayaan dan kekuasaan kadangkala melahirkan kehormatan. Kehormatan
biasanya lahir dari kewibawaan, kebajikan kearifan seseorang, karena itu orang yang paling
dihormati atau disegani biasanya mendapat tempat pada lapisan atas sehingga mereka
sering menjadi pemimpin atau pemangku adat.
e. Kepuasan Ego. Kepuasan ego terwujud jika seseorang merasa puas setelah berhasil
mencapai cita-cita, keinginan, dan sebagainya.
E. Budaya diperoleh melalui proses belajar
Sebagaimana telah dibahas, bahwa kebudayaan diperoleh melalui proses belajar dari
masyarakat dan lingkungannya. Tata kelakuan yang didasari kebudayaan dipelajari oleh
anggota masyarakat yang lain secara turun temurun. Namun demikiann, tidak semua tingkah laku yang dipelajari adalah kebudayaan. Binatang juga dapat belajar, tetapi tingkah laku yang
dipelajarinya bukanlah kebudayaan. Binatang dapat mengikuti perintah majikannya, namun
tidak dapat membuat dan mengembangkan kebudayaan. Perbedaan tingkah laku binatang yang
dipelajari dan tingkah laku budaya manusia sangat penting, tidak saja untuk memahami asalusul kebudayaan, melainkan juga untuk mengenal sifat-sifat hakikat kebudayaan.
Proses belajar kebudayaan oleh manusia sebagai anggota masyarakat dapat melalui :
1. Proses Internalisasi
Manusia mempunyai potensi, bakat dan kecendrungan secara genetis untuk mengembangkan
berbagai perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi dalam kepribadiannya. Kecendrungan dan potensi
pengembangan kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh lingkungan alam, lingkungan social
dan lingkungan budaya. Setiap hari manusia belajar merasakan kegembiuraan, kesedihan, dan
lainlain.
Dengan demikian, proses internalisasi ialah proses pengembangan potensi yang dimiliki
manusia, yang dipengaruhi baik lingkungan internal dari dalam diri manusia itu maupun
eksternal, yaitu pengaruh dari luar diri manusia.
2. Proses Sosialisasi
Dalam proses sosialisasi seorang individu dari masa kanak-kanak sampai masa tua selalu
belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu sekitarnya yang
menduduki beraneka macam peranan social. Syarat terjadinya proses sosialiasi adalah :
a. individu harus diberi keterampilan yang dibutuhkan bagi hidupnya kelak di masyarakat;
b. individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya
untuk membaca, menulis dan berbicara;
c. pengendalian fungsi-fungsi organic harus dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang
tepat;
d. individu harus dibiasakan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada pada masyarakat.
3. Proses Enkulturasi
Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
dengan adat istiadat, system norma, dan peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya.
Sejak kecil proses enkulturasi sudah dimulai dalam alam pikiran manusia; mula-mula dari
lingkungan keluarganya, kemudian teman bermain, lingkungan masyarakat dengan meniru pola
perilaku yang berlangsung dalam suatu kebudayaan. Oleh karena itu proses ini disebut juga
dengan pembudayaan atau dalam bahasa Inggris Institutionaliozation.
Manusia sebagai pencipta dan Pengguna kebudayaan
Manusia dilahirkan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, karena manusia diberikan
akal, sehingga dengan akalnya manusia dapat memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan hidup manusia tidak pernah berhenti, hal ini menuntut manusia untuk terus berfikir
bagaimana memenuhikebutuhan hidupnya. Tujuan memenuhi kebutuhan hidup inilah akhirnya
melahirkan berbagai cipta dan karya manusia, atau apa yang kita kenal kebudayaan. Jadi pada
dasarnya manusia menciptakan kebudayaan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
karena itu manusia disebut sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan, bahkan disadari tatau
tidak kadangkala manusia merusak kebudayaan yang telah diciptakannya itu.
Hasil Cipta dan karya manusia antara lain melahirkan teknologi yang mempunyai kegunaan
utama membantu mempermudah manusia serta dalam melindungi manusia terhadap lingkungan
alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuankemampuanlain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku didalam
pergaulan.
6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
Dengan demikian, manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia Hidup dan tergantung pada
kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam
mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, untuk menaklukan
berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam
dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara
spiritual maupun materil.
Kebudayaan masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber
pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan
kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap
lingkungan didalamnya.
Dalam kaitannya untuk memenuhi segala macam kebutuhan dan tindakan untuk melindungi
diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata
bertindak didalam batas-batas untuk melindungi dirinya, namun dengan akal pikirannya
manusia terus berusaha. Sehingga semakin hari pemikiran manusia semakin berkembang dan
masyarakat semakin kompleks, kemudian lahirlah taraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil
karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan
hasil alam bahkan menguasai alam.
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing dapat melihat kekhasan budaya
suatu daearh/kelompok. Dengan menganalisa pengaruhdan akibat budaya terhadap lingkungan,
seseorang dapat mengetahui mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan
lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah dengan
lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung bamyak variabel yang
saling berhubungan dalam keseluruhan system terbuka. Pendekatan yang saling teriring dengan
psikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara
beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang melingkupi
satuan budaya yang ada.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan :
− Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti : temperatur, curah hujan,
iklim, wilayah geografis, flora dan fauna.
− Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasi
seperti: norma-norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
− Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayaan
kognitif yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
− Environmental Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
− Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik seperti
budaya pertanian dan iklim.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan yang berlaku dan dikembangkan dalam
lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai dan aspek kehidupan
lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Proses dan Perkembangan Kebudayaan
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia oleh
karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Perkembangan kebudayaan terhadap dinamika kehidupan seseorang bersifat kompleks, dan
memiliki eksistensi dan berkesinambungan dan juga menjadi warisan sosial. Seseorang mampu
mempengaruhi kebudayaan dan memberikan peluang untuk terjadinya perubahan kebudayaan.
Kebudayaan yang dimiliki suatu kelompok sosial tidak akan terhindar dari pengaruh
kebudayaan kelompok-kelompok lain dengan adanya kontak-kontak antar kelompok atau
melalui proses difusi. Suatu kelompok sosial; akan mengadopsi suatu kebudayaan tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi atau memenuhi tuntutan yang
dihadapinya.
Pengadopsian suatu kebudayaan tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lingkungan fisikal.
Misalnya iklim, topografi sumber daya alam dan sejenisnya. Sebagai contoh: orang-orang yang
hidup di daerah yang kondisi lahan atau tanahnya subur (produktif) akan mendorong
terciptanya suatu kehidupan yang favourable untuk memproduksi bahan pangan. Jadi, terjadi
suatu proses keserasian antara lingkungan fisikal dengan kebudayaan yang terbentuk di
lingkungan tersebut, kemudian ada keserasian juga antara kebudayaan masyarakat yang satu
dengan kebudayaan masyarakat tetangga dekat. Kondisi lingkungan seperti ini memberikan
peluang untuk berkembangnya peradaban (kebudayaan) yang lebih maju. Misalnya dibangun
sistem irigasi, teknologi pengolahan lahan dan makanan, dan lain sebagainya.
Kebudayaan dari suatu kelompok sosial tidak secara komplit ditentukan oleh lingkungan fisikal
saja, namun lingkungan tersebut sekedar memberikan peluang untuk terbentuknya sebuah
kebudayaan. Dari waktu kewaktu, kebudayaan berkembang seiring dengan majunya teknologi
(dalam hal ini adalah system telekomunikasi) yang sangat berperan dalam kehidupan setiap
manusia.
Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan disegala bidang, termasuk
dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan
bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara kelompokkelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang tidak menghendaki
perubahan. Suatu komunitas dalam kelompok sosial bisa saja menginginkan adanya perubahan
dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang
mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalahartikan menjadi
suatu penyimpangan kebudayaan. Intepretasi ini mengambil dasar pada adanya budaya-budaya
baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan keyakinan mereka
sebagai penganut kebudayaan tradisional selama turun-temurun.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol
atau kendali terhadap prilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut
kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang dengan
budaya yang dianut didalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol sosial
yang ada dimasyarakat, yang menjadi suatu `cambuk' bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai
dan mana yang tidak sesuai.
Problematika kebudayaan
Beberapa Problematika Kebudayaan Antara lain :
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan system kepercayaan.
Misalnya, keterkaitan orang Jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun
temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan
kampung halamannya atau beralih pola hidup sebagai petani. padahal hidup mereka
umumnya miskin.
2. Hambatan Budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang,
hambatan ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya program Keluarga berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan
bahwa banyak anak banyak rezeki.
3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor psikologi atau kejiwaan. Upaya untuk
menstransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak
mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa
di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup
mereka di tempat yang lama.
4. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar. Masyarakat
daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena
pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program
pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru. Sikap ini sangat
mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang menganggap hal-hal
baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun
temurun.
6. Sikap Etnosentrisme. Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya
suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap
semacam ini akan mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan
suku, agama, ras, dan antar golongan.
7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, seringkali disalahgunakan oleh
manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia
bukan untuk melestarikan suatu generasi, obatobatan diciptakan untuk kesehatan tetapi
dalam penggunaannya banyak disalahgunakan yang justru mengganggu kesehatan
manusia
8. Cultural Shock atau gagap budaya, apabila manusia tidak bias menyesuaikan atau
beradapatasi dengan budaya lain, sehingga menimbulkan keraguan dan kecanggungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, 1997, Ilmu Sosial Dasar, Ed.Baru, Jakarta : Rineka Cipta
Harsojo, 1999, Pengantar Antropologi, Bandung : Putra A.bardin
Ihromi, T.O, 1994, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: Yayasan Obor.
Keesing, Roger, M. 1992, Antropologi Budaya suatu perspektif Kontemporer, jilid 2, Terj.
Samuel Gunawan, Jakarta : Erlangga
Koentjaraningrat (Ed), 1975, Manusia dan Kebudayaan di Indoensia, Jakarta Jambatan.
Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Rineka Cipta
-------------------, 1987, Sejarah dan Teori Antropologi I, Jakarta : UI Press
-------------------, 1990, Beberapa pokok Antropologi Sosial, Jakarta : Dian Rakyat
-------------------, 1993, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta : Gramedia Pustaka
utama
Lawang, Robert MZ, 1984, Buku MateriPokok Pengantar Sosiologi, Jakarta : Universitas
Terbuka
Sitompul, A.A, 1993, Manusia dan Budaya, Jakarta : Gunung Mulia
Simanjuntak, Posman, 1996, Berkenalan dengan Antropologi, Jakarta : Erlangga
Soekanto, Soerjono, 1986, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali
Post a Comment